Biosaka, Elisitor Penyelamat Para Petani

 

Sobat tani pernah mendengar apa itu BIOSAKA? Biosaka berasal dari kata Bio dan SAKA. Bio adalah organisme yang hidup dan SAKA singkatan dari Selamatkan Alam Kembali Kealam. Meski penggunaan biosaka bertujuan untuk mengurangi penggunaan pupuk namun tahukah sobat tani biosaka bukan pupuk melainkan elisitor. Menurut Prof.Dr. Ir.Robert Manurung, M.Eng guru besar ITB tanaman elisitor adalah tanaman yang mengandung senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi, dan akumulasi fitoaleksin, meningkatkan aktivasi dan ekspresi gen yang terkait dengan biosintesis metabolit sekunder. Robert juga menyampaikan bahwa penggunaan biosaka menciptakan lingkungan yang saling ketergantungan antar makhluk hidup. Pengaplikasian biosaka dipercaya dapat memberi sinyal ketanaman supaya menjadi lebih sehat.

Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2022  tanaman yang selama ini disebut gulma memiliki kandungan senyawa fitokimia seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, tanin, fenolik dan kuinon. Kombinasi dari beberapa gulma yang mengandung senyawa fitokimia tersebut tentu saja memiliki banyak manfaat.

Manfaat dari kandungan senyawa fitokimia dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.    Alkaloid : untuk pelindung tanaman dari penyakit, serangan hama, sebagai pengatur perkembangan, dan sebagai basa mineral untuk mengatur keseimbangan ion pada bagian-bagian tanaman.

2.    Flavonoid: mengatur pertumbuhan, juga sebagai antioksidan dan antibakteri

3.    Terpenoid: hormon pertumbuhan tanaman; antifeedant serangga, anti bakteri

4.    Steroid: Meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan, merangsang pertumbuhan pucuk daun, meningkatkan resistensi terhadap stress lingkungan

5.    Tanin:  melindungi tumbuhan dari hama dan antibakteri

6.    Saponin: antimikroba, menghambat jamur dan melindungi tanaman dari serangan serangga

7.    Fenolik: melindung terhadap sinar UV-B dan kematian sel, untuk melindungi DNA dari dimerisasi dan kerusakan

8.    Kuinon: berperan dalam repirasi sel dan fotosintesis, antibakteri, antifungi

Penggagas biosaka di Indonesia adalah Muhammad Ansar petani asal Blitar Jawa Timur. Berawal dari pengamatan terhadap tanaman liar yang dapat tumbuh dengan baik meski hidup tanpa pupuk dan media tanam ideal. Tanaman liar bahkan dapat tumbuh dengan baik ditembok, dinding, pegunungan yang penuh dengan bebatuan, tanah dengan pH asam bahkan lahan rawa. Tanaman liar yang dapat hidup dengan baik tanpa dirawat ini tentu berbanding terbalik dengan tanaman budidaya yang cenderung tidak tahan. Bahan pembuatan biosaka berasal dari kearifan lokal dengan menerapkan luasan wilayah tertentu baik tingkat desa maupun kecamatan (jarak efektif maksimal 20 km).

Biosaka memiliki keunggulan antara lain :

1.    Tidak melalui proses fermentasi

2.    Ramah lingkungan

3.    Mudah dalam aplikasi

4.    Kebutuhan relatif sedikit karena hanya membutuhkan 1,5 liter/hektar hingga tanaman siap dipanen

5.    Rumput yang selalu tersedia diareal pertanaman sehingga tidak memerlukan biaya

6.    Tidak membutuhkan alat khusus

7.    Bisa disimpan dalam waktu lama (1-3 bulan)

8.    Dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia 50-70%.

9.    Dapat dikombinasikan dengan agensia hayati yang dapat menimbulkan dampak yang positif

10.  Dapat diterapkan pada semua komoditas tanaman baik pangan, hortikultura dan perkebunan.

Biosaka memiliki kelemahan antara lain

1.    Tidak dapat diproduksi dengan mesin

2.    Proses pembuatan biosaka tidak boleh berhenti/istirahat serta tidak boleh berganti orang

3.    Diperlukan ketelitian dan pengalaman dalam memilih bahan pembuatan biosaka

Cara memilih bahan biosaka

1.    Bahan pembuatan biosaka dapat menggunakan semua jenis tanaman. Rerumputan dan daun liar.

2.    Memilih tanaman dalam pertumbuhan optimal, berkilau, benar-benar sehat tidak terdeteksi kekurangan unsur hara, tidak terserang hama dan penyakit serta berwarna hijau segar. Pemilihan tanaman sangat mempengaruhi kualitas biosaka.

3.    Tidak boleh dari daun berlendir

4.    Memilih bahan biosaka sebaiknya dilakukan pada siang hari saat cuaca cerah.

5.    Bahan biosaka dapat langsung diolah namun lebih baik jika dilayukan selama 24-48 jam kemudian diseleksi kembali bahan yang tidak kering dan rusak.

Menurut Ansar semakin ekstrim tempat tumbuh bahan biosaka maka akan menghasilkan kualitas yang baik. Pemilihan bahan yang baik atau sering diistilahkan bahan yang “paripurna” bertujuan untuk meminimalisir spora jamur dan sifat pembawa penyakit.

Cara membuat biosaka

Sebelum membuat biosaka pastikan kondisi badan, hati dan pikiran dalam keadaan positif (proses pembuatan biosaka melibatkan potensi sel terbaik),  karena menurut penggagas biosaka kondisi tubuh yang baik berpengaruh terhadap keberhasilan pembuatan biosaka.

1.    Siapakan beberapa jenis rumput/tanaman 5-20 jenis tanaman sebanyak satu genggam tangan di sekitar areal pertanaman.

2.    Siapkan 5 liter air dalam ember

3.    Masukan tanaman ke dalam ember berisi air (dapat menggunakan air hujan dan air  lainnya yang jernih agar perubahan warna dapat terlihat) air yang digunakan dianjurkan memiliki tds serendah mungkin.

4.    Tanaman diperas (tidak dihancurkan) dalam ember minimal selama 10 menit dengan posisi terendam air sambil diaduk memutar (sekali diremas sekali dilakukan pengadukan) sampai air berwarna sinergi/homogen dan tidak keluar lagi sari dari rumput/tanaman. Peremasan terakhir dicirikan bahan biosaka terasa kesat dan dingin (seperti santan kelapa yang sudah tidak lagi keluar santannya) hal ini menunjukan tidak ada lagi perubahan reaksi.  

5.    Saring biosaka yang sudah jadi kemudian simpan diwadah tertutup.

Biosaka yang sudah jadi dicirikan berwarna cokelat gelap homogen dan sedikit berbusa. Setelah dibuat biosaka dapat langsung diaplikasikan dan sisanya disimpan untuk aplikasi selanjutnya.

Ciri pembuatan biosaka yang berhasil

1.    Biosaka homogen walaupun setelah disimpan lebih dari 24 jam.

2.    biosaka yang disimpan dalam botol tidak mengendap dan saat dibuka tidak mengeluarkan gas.

3.    Perubahan warna dan bau pada biosaka tidak menjadi indikator kegagalan biosaka asal tidak berbau busuk.

4.     Biosaka yang homogen memiliki pH netral antara 6,5-7

5.    Larutan biosaka umumnya mengalami kenaikan total dissolved Solids (TDS) >100 ppm. Menurut Distanpangan Provinsi Bali, 2022 jika peremasan dilakukan sesuai petunjuk nilai tds berkisar antara 300-600 ppm.

Cara aplikasi biosaka

1.    Biosaka diseprotkan menggunakan sprayer dengan nozzle yang diatur hingga menghasilkan driff seperti kabut.

2.    Posisi nozzle menghadap ke atas sekitar 1 meter diatas tanaman

3.    Penyemprotan mengikuti arah angin sehingga larutan dapat menyebar secara merata pada tanaman. Penyemprotan biosaka tidak boleh diulang-ulang cukup 1 kali semprot di atas tanaman.

4.    Penyemprotan dapat dilakukan pada pagi dan sore hari. Namun waktu terbaik pada sore hari dengan memperhatikan cuaca.

Dosis pemberian biosaka pada berbagai tanaman :

1.    Tanaman padi dan jagung 40 ml/tangki volume 15 liter.

2.    Tanaman hortikultura 10 ml/tangki volume 15 liter.

3.    Aplikasi untuk 1 ha lahan cukup 3-4 tangki sprayer.

4.    Aplikasi pada tanaman padi dan jagung dianjurkan 7 kali semusim dengan interval penyemprotan 10-14 hari dan untuk sayuran seminggu sekali.

5.    Tanaman buah jika masih terjangkau seperti didalam pot diberikan biosaka 30 ml/15 liter air dengan cara disemprotkan.   

Penggunaan bahan kimia pada lahan pertanian tanpa penambahan bahan organik  memiliki andil dalam pengurangan produktivitas hasil pertanian akibat dari lahan produktif yang kritis. Selain itu pengunaan bahan kimia seperti pupuk kimia dan pestisida kimia yang berlebih membuat biaya produksi yang dikeluarkan tinggi sehingga petani minim dalam mendapatkan keuntungan dalam budidaya yang dilakukan.

Aplikasi biosaka dibeberapa daerah di Indonesia menunjukan dampak yang positif pada tanaman. Biasanya tanaman budidaya dapat terganggu pertumbuhannya jika dibiarkan tumbuh bersamaan dengan tanaman liar namun setelah diberikan perlakuan dengan biosaka tanaman budidaya dapat tumbuh dengan baik meskipun pemberian pupuk dikurangi dan tanaman liar tidak dibersihkan. Aplikasi biosaka juga menunjukan penurunan serangan hama dan penyakit pada tanaman budidaya.

Elisitor biosaka sebagai teknologi terbarukan tentu memiliki tantangan untuk terus dikaji lebih lanjut untuk mengungkap secara ilmiah kandungan-kandungan didalamnya dan kajian lebih mendalam untuk mengeksplorasi jenis tumbuhan lainnya.

Pada acara Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Propaktani #episode863 dengan judul Bimtek Pembuatan Biosaka dari Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Timur Ansar berpesan kepada petani jangan percaya kalau belum membuktikan sendiri, jangan menyerah kalau belum bisa, jangan membeli kalau bisa membuat sendiri dan jadilah guru untuk terus bisa berbagi setelah menguasai.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

contoh proposal usaha budidaya kedelai

contoh proposal usaha budidaya jagung

contoh proposal usaha budidaya padi hibrida